Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur ~ Matematika Akuntansi -->

Tuesday, May 23, 2017

Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur

Hallo temen-temen???
Pertama-tama gue ucapin trimakasih buat para pengunjung blog gue :). Slamat datang di blog paling bermanfaat sedunia.
Dan gue doaian semoga orang-orang yang ngunjungin blog gue pada masuk surga semua, trs selama hidupnya selalu di beri kemudahan, trs all the best deh buat kalian :D
Udah kaya ulang tahun aja ya ???.... Sorry ya klo penulis suka bercanda :)
Kembali lagi bersama gue muhamad pajar sidik, gue adalah seorang penulis blogger yang ganteng dan baik hati :D cieeee.....
Di hari yang indah ini alhamdulillah gue bisa nulis artikel kembali, yang mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat buat kalian semua.
Kali ini gue bakalan nulis artikel tentang Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur, Tanpa panjang lebar lagi yo check it out !

Laporan keuangan perusahaan manufaktur, seperti juga perusahaan-perusahaan lainnya, paling tidak juga harus berupa neraca dan laporan laba rugi. Karena sifat kegiatan dan akuntansinya berbeda, isi laporan keuangan perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang.

Neraca

Neraca perusahaan manufaktur, seperti neraca pada umumnya, meliputi :
  • Aktiva Lancar; 
  • Aktiva Tetap; 
  • Aktiva Lain-lian;
  • Pasiva Lancar;
  • Kewajiban Jangka Panjang;
  • Modal
Pebedaan dengan neraca perusahaan dagang terdapat pada Aktiva Lancar dalam penyajian persediaan. Dalam neraca perusahaan dagang hanya terdapat satu persediaan saja, yaitu Persediaan Barang Dagang, sedangkan dalam neraca perusahaan manufaktur terdapat tiga unsur persediaan, yaitu Persediaan bahan, Persediaan Barang Dalam Penyelesaian,  dan Persediaan Barang Jadi.

Perbedaan lainnya terdapat pada Aktiva Tetap. Dalam neraca perusahaan manufaktur terdapat aktiva tetap yang tidak dimiliki perusahaan dagang, seperti :
  • Bangunan Pabrik dan Akumulasi Penyusutan Bangunan Pabrik;
  • Mesin dan Akumulasi Penyusutan Mesin;
  • Peralatan Pabrik dan Akumulasi Penyusutan Peralatan Pabrik.

Di luar yang dikemukakan di atas, tidak terdapat perbedaan antara neraca perusahaan dagang dengan perusahaan manufaktur.

Contoh :
Dalam buku besar PT Muhamad Pajar Sidik, sebuah pabrik sepatu di Jakarta Selatan, terdapat antara lain perkiraan-perkiraan buku besar berikut dengan saldonya per 31 Desember 1989.

Kas
Rp.
2.000.000,-
Piutang Usaha

9.000.000,-
Taksiran Piutang Tak tertagih

1.000.000,-
Persediaan Bahan

7.000.000,-
Persediaan Barang Dalam Penyelesaian

4.000.000,-
Persediaan Barang Jadi

6.000.000,-
Perlengkapan Kantor

200.000,-
Sewa Dibayar Dimuka

1.000.000,-
Bangunan Pabrik

30.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Bangunan Pabrik

6.000.000,-
Mesin dan Peralatan Pabrik

20.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Meisn dan Peralatan Pabrik

5.000.000,-
Peralatan Kantor

6.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor

2.000.000,-
Utang Usaha

8.000.000,-
Pinjaman Bank Jangka Pendek

20.000.000,-
Beban Yang Akan Dibayar

300.000,-
Modal Saham

30.000.000,-
Laba Ditahan

22.900.000,-

Berdasarkan data di atas dapat disusun neraca PT Muhamad Pajar Sidik pada tanggal 31 Desember 1989 seperti di bawah ini :

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi perusahaan manufaktur pada dasarnya sejalan dengan laporan laba rugi perusahaan dagang. Di dalamnya terdapat pendapatan dan biaya selama periode tertentu yang meliputi :
  • Penjualan;
  • Harga Pokok Barang Yang Dijual;
  • Laba Kotor Penjualan;
  • Beban Operasi;
  • Laba Bersih Operasi;
  • Pendapatan dan Beban Lain-lain;
  • Laba Bersih Sebelum Pajak;
  • Laba Bersih Setelah Pajak.
Perbedaan pokok terdapat dalam perhitungan harga pokok barang yang dijual.

Harga Pokok Barang Yang Dijual

Pada perusahaan manufaktur, persediaan awal barang jadi ditambahkan dengan Harga Pokok Barang Yang Dihasilkan, bukan dengan pembelian seperti pada perusahaan dagang. Dengan demikian perhitungan harga pokok barang yang dijual untuk perusahaan manufaktur dapat dilakukan sebagai berikut :

Persediaan awal barang jadi
Rp. xxxx

Harga pokok barang yang dihasilkan
Rp. xxxx
(+)
Barang jadi yang tersedia untuk dijual
Rp. xxxx

Persediaan Akhir barang jadi
Rp. xxxx
(-)
Harga Pokok barang yang dijual
Rp. xxxx


Harga Pokok Barang Yang Dihasilkan

Hal berikut yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai perhitungan harga pokok barang yang dihasilakan. Tentu saja perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan tidak sesederhana perhitungan harga pokok pembelian.

Harga pokok barang yang dihasilkan adalah biaya produksi yang diperhitungkan kepada barang jadi yang dihasilkan selama satu periode tertentu. Didalamnya terdapat unsur biaya bahan langsung, tenaga langsung, dan overhead pabrik. Juga perlu diperhatikan adanya adanya barang dalam penyelesaian pada awal dan akhir periode tersebut. Perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan dapat dilakukan sebagai berikut :

Pemakaian Bahan Langsung

Rp. xxxx

Tenaga Langsung

Rp. xxxx

Overhead Pabrik :



Bahan Tidak Langsung
Rp. xxxx


Tenaga Tidak Langsung
Rp. xxxx


Biaya Lainnya
Rp. xxxx


Total Overhead Pabrik

Rp. xxxx
(+)
Total Biaya Manufaktur

Rp. xxxx

Persediaan Awal Barang Dalam Penyelesaian

Rp. xxxx
(+)


Rp. xxxx

Persediaan Akhir Barang Dalam Penyelesaian

Rp. xxxx
(-)
Harga Barang Yang Dihasilkan

Rp. xxxx


Dalam perhitungan diatas terlihat pemakaian bahan langsung, yang menunjukan biaya bahan baku yang digunakan dalam periode tersebut. Untuk dapat menentukan pemakaian bahan langsung tersebut perlu dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Persediaan Awal bahan
Rp. xxxx

Pembelian Bahan
Rp. xxxx
(+)
Bahan Yang Tersedian Untuk Dipakai
Rp. xxxx

Persediaan Akhir Bahan
Rp. xxxx
(-)
Bahan Yang Terpakai
Rp. xxxx

Bahan Tidak Langsung
Rp. xxxx
(-)
Pemakaian Bahan Langsung
Rp. xxxx



Pemakaian bahan tidak langsung hanya diperhitungkan sebagai pengurangan dari pemakaian bahan apabila persediaan bahan langsung tidak langsung dicatat pada perkiraan yang sama. Seandainya persediaan bahan baku dan bahan tidak langsung dicatat pada perkiraan yang sama. Seandainya persediaan bahan baku dan bahan tidak langsung dipisahkan, tidak perlu dilakukan pengurangan tersebut. 

Seringkali perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan dilakukan sekaligus, tanpa melakukan perhitungan terpisah untuk pemakian bahan langsung. Dalam hal demikian perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut :
Laporan laba rugi perusahaan manufaktur kemudian dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
Sekian artikel kali ini. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Akhir kata wasaalamualikum wr. wb.
Referensi :
  • Buku siklus akuntansi perusahaan manufaktur kelas 3 semester 5 dan 6
Saya sarankan untuk membaca juga :

Jika ingin bertanya secara privat, Silahkan hubungi no 085709994443 dan untuk berkomentar silahkan klick link di bawah ini 👇